BATOBO.COM, JAKARATA– Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan rencananya untuk bertemu dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, pada Kamis (27/2/2025). Dalam pertemuan tersebut, Prabowo bermaksud menyampaikan permintaan maaf dan apresiasi atas sejumlah entitas yang telah dicanangkan sejak era pemerintahan Jokowi, tetapi baru diresmikan olehnya.
Salah satu entitas yang dimaksud adalah Bank Emas atau Bullion Bank yang diresmikan Prabowo pada Rabu (26/2/2025) di Senen, Jakarta Pusat. Ia menyatakan bahwa persiapan bank ini telah berlangsung selama lebih dari empat tahun di era kepemimpinan Jokowi.
“Saya paham bahwa persiapan Bank Emas ini memakan waktu cukup lama, kalau tidak salah lebih dari empat tahun. Takdir saya bahwa saya yang meresmikan,” ujar Prabowo dalam peresmian tersebut.
Prabowo menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras mewujudkan bank emas ini. Ia secara khusus mengapresiasi peran Jokowi dalam perencanaan proyek tersebut dan meminta Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya untuk memastikan kehadiran Jokowi dalam peresmian proyek-proyek yang telah dirancang sejak kepemimpinannya.
“Sekali lagi saya harus ucapkan terima kasih kepada Pak Jokowi. Seharusnya, Seskab menghadirkan presiden sebelumnya jika ada program yang banyak jasanya berasal dari beliau,” tutur Prabowo sebagaimana disadur dari Kompas.com
Lebih lanjut, Prabowo menyebut akan meminta maaf langsung kepada Jokowi terkait peresmian proyek-proyek tersebut. Ia juga menegaskan bahwa banyak menteri yang bekerja di era Jokowi tetap dipertahankan dalam kabinetnya.
“Saya akan minta maaf kepada Pak Jokowi. Beliau dan para menterinya telah bekerja keras, dan banyak dari mereka yang saya pertahankan. Kalau sudah timnya bagus, kenapa harus diganti?” kata Prabowo.
Pembentukan Bank Emas sebelumnya telah diumumkan oleh Prabowo pada 26 Januari 2025. Berdasarkan perhitungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kehadiran Bullion Bank berpotensi menciptakan nilai tambah bagi industri emas hingga Rp 50 triliun. Bank ini diharapkan mampu memaksimalkan sumber daya emas dalam negeri, baik dari hasil tambang maupun stok emas masyarakat.
“Usaha Bullion Bank berpotensi meningkatkan konsumsi emas ritel yang akan memacu pertumbuhan industri emas dan keseluruhan bisnis dalam ekosistem emas, dengan tambahan nilai tambah hingga sebesar Rp 30-50 triliun,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.
Menteri BUMN Erick Thohir menambahkan bahwa Indonesia memiliki cadangan emas sekitar 2.600 ton, menempatkannya di peringkat keenam dunia. Namun, jumlah cadangan emas dalam bentuk batangan masih tergolong rendah, hanya sekitar 78,3 ton, jauh di bawah Singapura.
“Artinya, kita berada di peringkat ke-43 dunia. Jika melihat Amerika Serikat, mereka memiliki cadangan hampir 8.000 ton,” jelas Erick.
Dengan peresmian Bank Emas ini, pemerintah berharap dapat memperkuat industri emas nasional dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.